Jejak Kolonial yang Terpatri dalam Batu
Museum Prasasti dulunya adalah Pemakaman Umum Kebon Jahe Kober yang dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1795. Pemakaman ini diperuntukkan bagi warga Eropa yang tinggal di Batavia (nama lama Jakarta) pada masa itu. Di sinilah beberapa tokoh penting dimakamkan, termasuk Olivia Mariamne Raffles, istri dari Thomas Stamford Raffles, gubernur jenderal Inggris di Hindia Timur.
Pada 9 Juli 1977, kompleks pemakaman ini diubah fungsinya menjadi museum oleh pemerintah DKI Jakarta. Kini, alih-alih menjadi tempat peristirahatan terakhir, kawasan ini bertransformasi menjadi tempat belajar sejarah dan seni yang unik.
Koleksi-Koleksi yang Mengisahkan Masa Lalu.
Begitu melangkah ke dalam area museum, suasana sejuk dan sunyi langsung menyelimuti. Deretan batu nisan dari abad ke-18 dan ke-19 berdiri berjajar, masing-masing dengan ukiran yang khas, sebagian besar berbahasa Belanda atau Latin. Ukiran dan bentuk nisan yang artistik menunjukkan pengaruh arsitektur Eropa klasik, menjadikan museum ini juga sebagai galeri terbuka yang artistik.
Salah satu koleksi yang menarik perhatian adalah nisan dari Olivia Raffles yang telah direlokasi dari lokasi aslinya di Buitenzorg (Bogor).
Prasasti nisan Soe Hok Gie
Pengalaman yang Sunyi dan Reflektif
Jika kamu pernah berkunjung ke Museum Prasasti, kamu pasti akan setuju bahwa tempat ini memberikan suasana yang berbeda. Tidak seperti museum pada umumnya yang ramai dengan display dan keterangan, di sini kamu diajak berjalan kaki menelusuri lorong waktu di antara batu-batu bisu yang menyimpan kisah.
Banyak pengunjung datang untuk berfoto, karena latarnya memang sangat estetis dan penuh nuansa. Namun bagi mereka yang menyukai sejarah dan refleksi, Museum Prasasti adalah tempat yang memancing kontemplasi.
Info Praktis untuk Berkunjung
Lokasi : Jl. Tanah Abang I No.1, Kelurahan Petojo Selatan, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat
Jam Operasional : Selasa – Minggu, pukul 09.00 – 15.00 (tutup pada hari Senin)
Tiket Masuk: Terjangkau, umumnya di bawah Rp10.000 (tergantung status pelajar/umum)
Fasilitas: Area cukup luas untuk berjalan kaki, banyak spot foto, dan tersedia papan informasi dalam Bahasa Indonesia.
Tips:
Sebaiknya datang pagi hari agar tidak terlalu panas
Bawa kamera jika kamu suka fotografi sejarah atau arsitektur.
Gunakan sepatu yang nyaman karena kamu akan banyak berjalan kaki
Penutup: Belajar dari yang Telah Pergi
Museum Prasasti bukan sekadar tempat melihat batu nisan. Ia adalah pengingat bahwa sejarah tidak selalu harus dibacakan di kelas atau dibuka dari buku. Kadang, ia hadir dalam bentuk ukiran nama yang nyaris pudar, atau lambang keluarga yang mulai terkikis waktu.
Jika kamu mencari tempat wisata di Jakarta yang berbeda, tenang, dan penuh cerita, Museum Prasasti bisa menjadi tujuan yang sempurna. Di sini, kamu akan belajar bahwa setiap nama yang terukir adalah kisah, dan setiap kisah adalah bagian dari sejarah kita bersama.
#MuseumPrasasti #WisataJakarta #WisataSejarah #TravelBlogIndonesia #SejarahJakarta #BlogSejarah #wisataunik #historicalplaces